TOPNASIONAL.COM, Jakarta, 16 September 2025
Nama Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo kembali menjadi sorotan publik. Setelah reshuffle kabinet pada 8 September lalu yang mengguncang komposisi menteri, ia santer disebut masuk dalam bursa Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), menggantikan Budi Gunawan yang dikabarkan lengser.
Gatot bukanlah sosok baru dalam urusan pertahanan dan keamanan. Ia pernah menempati posisi puncak sebagai Panglima TNI ke-16, dengan rekam jejak panjang di dunia militer, prestasi nasional maupun internasional, serta penerimaan luas dari masyarakat.
Dari Taruna Akmil Hingga Pendidikan Lintas Matra
Karier Gatot dimulai ketika ia lulus dari Akademi Militer (Akmil) Magelang pada 1982. Sejak dini, ia menorehkan catatan sebagai prajurit yang disiplin dan memiliki semangat juang tinggi. Ia tak hanya puas dengan pendidikan dasar kemiliteran, tetapi menempuh berbagai jalur prestisius.
Ia mengikuti pendidikan khusus di Kopassus, mendapatkan brevet Hiu Kencana dari TNI Angkatan Laut, hingga brevet penerbang dari TNI Angkatan Udara. Kombinasi ini menjadikannya perwira yang memahami operasi gabungan lintas matra—kemampuan yang langka di tubuh TNI. Tak berhenti di situ, Gatot juga menempuh pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), memperkaya perspektif strategisnya dalam menghadapi dinamika geopolitik.
Deretan Jabatan Strategis
Jejak Gatot di tubuh TNI dipenuhi posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Akmil, posisi penting dalam membentuk calon perwira baru. Dari sana, ia dipercaya menjadi Pangdam V/Brawijaya, wilayah yang dikenal penuh dinamika sosial dan politik.
Setelah itu, Gatot mengemban jabatan sebagai Komandan Kodiklat TNI AD. Puncaknya datang ketika ia ditunjuk sebagai Panglima Kostrad pada 2013. Setahun kemudian, di penghujung era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gatot dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) ke-30.
Di era Presiden Joko Widodo, Gatot mencapai titik tertinggi dalam karier militernya: Panglima TNI ke-16. Jabatan ini menempatkannya sebagai garda terdepan dalam menjaga kedaulatan dan pertahanan negara.
Prestasi dan Pemikiran Strategis
Sebagai Panglima TNI, Gatot dikenal vokal soal ancaman perang asimetris. Ia sering mengingatkan publik tentang infiltrasi ideologi, budaya, dan ekonomi asing yang dapat melemahkan kedaulatan Indonesia. Peringatan itu membuatnya dilihat bukan hanya sebagai prajurit lapangan, tetapi juga pemikir strategis.
Di ranah internasional, Gatot aktif memperkuat diplomasi militer, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas negara untuk menjaga stabilitas kawasan.
Di dalam negeri, ia mengedepankan prinsip “tentara rakyat, tentara pejuang, tentara profesional.” Baginya, kedekatan TNI dengan rakyat adalah kunci menjaga ketahanan nasional. Pendekatan ini membuatnya diterima luas oleh masyarakat sipil.
Modal Sosial yang Kuat
Selain reputasi militer, Gatot memiliki kedekatan dengan berbagai organisasi keagamaan besar. Hubungan yang cair ini menambah legitimasi sosialnya di tengah masyarakat. Ia kerap hadir dalam forum keagamaan maupun seminar kebangsaan, menyuarakan pentingnya kedaulatan pangan, ketahanan energi, dan kemandirian ekonomi.
Suara-suara itu sering dianggap relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Banyak pihak melihatnya sebagai figur yang konsisten memperjuangkan kepentingan bangsa di atas segalanya.
Santer Disebut Gantikan Budi Gunawan
Dengan modal pengalaman dan jejaring sosial yang luas, tak heran bila Gatot kini masuk radar calon Menko Polhukam. Jabatan ini bukan sekadar kursi menteri, melainkan pusat koordinasi isu-isu strategis mulai dari politik, hukum, keamanan, hingga pertahanan negara.
Sebagai mantan Panglima TNI, Gatot dipandang memahami dinamika keamanan nasional. Sebagai tokoh yang diterima oleh berbagai kalangan, ia dinilai mampu menjadi jembatan dalam mengelola tarik-ulur kepentingan politik maupun sosial.
Publik Menunggu Keputusan Presiden
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Istana soal siapa yang akan mengisi kursi Menko Polhukam. Namun, nama Gatot Nurmantyo terus menguat di berbagai pemberitaan dan diskusi publik.
Sejumlah analis menilai, masuknya Gatot ke kabinet bisa menjadi langkah strategis dalam menjaga stabilitas menjelang tahun-tahun politik yang semakin dinamis. Kehadirannya dianggap mampu menyeimbangkan kepentingan sipil dan militer dalam ranah pemerintahan.
Apakah Gatot Nurmantyo benar-benar akan kembali ke panggung kekuasaan? Publik menunggu jawabannya. Yang jelas, perjalanan panjangnya—dari taruna Akmil, komandan di lapangan, hingga Panglima TNI—sudah menempatkannya sebagai salah satu perwira terbaik Indonesia. Kini, panggung baru mungkin menantinya di kursi Menko Polhukam.
(Idham rizal)
0 Komentar